Tanggal Praktikum : 02 April 2011
Penetapan : Konsentrasi HCl ± 0,1 N
Zat yang ditimbang : Na2B4O7.10
H2O Berat:
4,8052 gram
Labu Ukur : 250 mL Pipet:
25 mL
Reaksi:
2HCl (aq)
+ Na2B4O7.10 H2O (aq) →
2NaCl (aq) + 4H3BO3(aq) + 5H2O(L)
Kuning Jingga Merah
Prinsip Kerja:
Sejumlah tertentu Na2B4O7.10
H2O dititrasi oleh larutan HCl ± 0,1 N dengan indicator metil merah
sampai dengan TA (Titik Akhir). TA ditandai dengan perubahan warna indicator
dari kuning sampai jingga merah. TE (Titik Ekivalen) = TA (Titik Akhir) dimana
TE : 2EK HCl = EK Na2B4O7.10 H2O
Teori Dasar:
Volumetri merupakan suatu metode
yang didasarkan pada pengukuran volume sejumlah larutan pereaksi yang
diperlukan untuk bereaksi dengan senyawa yang hendak ditentukan (Analisis Farmasi, hlm 145). Salah satu jenis analisis volumetrik adalah titrasi. (H.J. Roth). Secara prinsip
dalam analisis volumetrik, zat yang akan dianalisis dibuat dalam bentuk larutan kemudian
direaksikan dengan larutan baku (titran) yang kadarnya telah diketahui. Penambahan titran dilakukan sampai sejumlah titran tersebut ekivalen dengan jumlah zat yang
dianalisis.
Asam secara sederhana didefinisikan
sebagai zat yang bila dilarutkan dalam
air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hydrogen, sedangkan basa
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3,
NaOH dan KOH. Sebaliknya bila asam
atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S
dan amonium hidroksida. Beberapa konsep asam basa:
- Arrhenius : asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi H+ dan anion sedangkan basa terurai menjadi OH- dan kation (berlaku untuk senyawa anorganik dalam pelarut air)
- Bronsted : asam adalah senyawa yang cenderung melepas proton, basa cenderung menangkap proton (berlaku dlm semua pelarut). Dengan demikian asam dapat berada dalam beberapa bentuk:
ü molekul netral : CH3COOH ↔
H+ + CH3COO-
ü Ion positif :
NH4+ ↔ H+ +
NH3
ü Ion negatif :
H2PO4- ↔ H+ +
HPO42-
- Lewis : asam adalah akseptor pasangan electron, basa adalah donor pasangan electron. Jadi, asam tidak harus mengandung hidrogen.
NH3 (basa) + BF3 (asam) ↔ H3N:BF3
Asidimetri
dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton
(asam) dg penerima proton (basa). Pada jenis titrasi basa
kuat dengan peniter asam kuat (misal : HCl atau H2SO4), menghasilkan garam yang tidak terhidrolisis
dalam larutan air dan larutan menjadi kristal pada titik ekivalen (pH ekiv = 7) sehingga indikator yang digunakan
adalah yang mempunyai perubahan pH dari 5-10. seperti pada penentuan
boraks dalam larutan air sebagai campuran borat dan natrium tetraborat, natrium
salisilat, etilenadium, injeksi/tablet Na-bikarbonat (Becket, hal.110).
Larutan baku asam biasanya dibakukan terhadap Na2CO3
, Na tetraboraks atau tris (hidroksi metil) amino metan. Larutan baku basa dibakukan terhadap kalium biftalat atau asam
benzoat. Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidi alkalimetri
umumnya dibuat dari HCl dan H2SO4 . HCl lebih disukai
untuk senyawa yang memberikan endapan dengan H2SO4seperti
Ba(OH)2. H2SO4 lebih disukai untuk titrasi
dengan pemanasan karena kemungkinan terjadi penguapan pada pemanasan dengan HCl
yang dapat menimbulkan bahaya. Larutan baku alkali yang sering digunakan NaOH,
KOH, dan Ba(OH)2. Larutan ini mudah menyerap CO2 dari
udara membentuk karbonat sehingga konsentrasinya dapat berubah dengan cepat.
Indikator yang digunakan baik pada asidimetri maupun alkalimetri adalah
asam organik lemah (indikator asam) atau basa organik lemah (indikator basa),
di mana bentuk yang terdisosiasinya mempunyai warna yang berbeda dengan bentuk
yang tidak terdisosiasi. Kekuatan asam/basa dari indikator ini harus lebih
kecil dari kekuatan senyawa yang hendak ditentukan dan larutan pengukur yang
digunakan. Perubahan warna tersebut terjadi akibat adanya reaksi disosiasi dan
konstitusi [terjadi akibat tautomeri / valensisometri] (Analisis Farmasi, hlm. 176-177). Pemilihan indikator asam-basa
didasarkan pada besarnya persentase rentang kesalahan yang dapat diperoleh dari
kurva titrasi. Jika rentang kesalahan yang diperoleh masih kecil, maka
indikator tersebut dapat digunakan.
Beberapa contoh indicator asam basa:
Sumber: Modern Analytical Chemistry, David Harvey hal 289
Data dan Perhitungan :
Tabel Titrasi :
Pembacaan (mL)
|
Titrasi ke-1
|
Titrasi ke-2
|
Titrasi ke-3
|
Volume Awal
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
Voleme Akhir
|
32,00
|
31,99
|
31,98
|
Volume Pemakaian
|
32,00
|
31,99
|
31,98
|
Volume Rata-rata
|
31,99
|
||
Perubahan Warna
|
Jingga Merah
|
Jingga Merah
|
Jingga Merah
|
Perhitungan :
EK Na2B4O7.10 H2O = EK HCl
EK Na2B4O7.10 H2O =
=
= 0,02515812
[Na2B4O7.10
H2O] =
=
= 0,10063248 ≈ 0,1006 N
EK HCl = EK Na2B4O7.10
H2O
[HCl]
x Vol. HCl = [Na2B4O7.10 H2O]
x Vol. Na2B4O7.10 H2O
[HCl]
=
=
= 0,07861832
≈ 0,0786 N
Kesimpulan
:
Dari
hasil penetapan konsentrasi HCl dengan larutan baku Na2B4O7.10
H2O diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,0786 N.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar