Minggu, 06 Mei 2012

Laporan Praktikum Kimia Analitik I


Tanggal Praktikum      : 02 April 2011
Penetapan                    : Konsentrasi HCl ± 0,1 N
Zat yang ditimbang     : Na2B4O7.10 H2O                                           Berat: 4,8052 gram
Labu Ukur                   : 250 mL                                                          Pipet: 25 mL
Reaksi:
2HCl (aq) + Na2B4O7.10 H2O (aq) → 2NaCl (aq) + 4H3BO3(aq) + 5H2O(L)
Kuning                                                                      Jingga Merah
Prinsip Kerja:
Sejumlah tertentu Na2B4O7.10 H2O dititrasi oleh larutan HCl ± 0,1 N dengan indicator metil merah sampai dengan TA (Titik Akhir). TA ditandai dengan perubahan warna indicator dari kuning sampai jingga merah. TE (Titik Ekivalen) = TA (Titik Akhir) dimana TE : 2EK HCl = EK Na2B4O7.10 H2O
Teori Dasar:
Volumetri merupakan suatu metode yang didasarkan pada pengukuran volume sejumlah larutan pereaksi yang diperlukan untuk bereaksi dengan senyawa yang hendak ditentukan (Analisis Farmasi, hlm 145). Salah satu jenis analisis volumetrik adalah titrasi. (H.J. Roth). Secara prinsip dalam analisis volumetrik, zat yang akan dianalisis dibuat dalam bentuk larutan kemudian direaksikan dengan larutan baku (titran) yang kadarnya telah diketahui. Penambahan titran dilakukan sampai sejumlah titran  tersebut ekivalen dengan jumlah zat yang dianalisis.
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hydrogen, sedangkan basa mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium hidroksida. Beberapa konsep asam basa:
  1. Arrhenius : asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi H+  dan anion sedangkan basa terurai menjadi OH- dan kation (berlaku untuk senyawa anorganik dalam pelarut air)
  2. Bronsted : asam adalah senyawa yang cenderung melepas proton, basa cenderung menangkap proton (berlaku dlm semua pelarut). Dengan demikian asam dapat berada dalam beberapa bentuk:
ü  molekul netral             : CH3COOH   ↔ H+ + CH3COO-
ü  Ion positif                   : NH4+ ↔ H+   + NH3
ü  Ion negatif                  : H2PO4- ↔ H+   + HPO42-
  1. Lewis : asam adalah akseptor pasangan electron, basa adalah donor pasangan electron. Jadi, asam tidak harus mengandung hidrogen.
NH3 (basa) + BF3 (asam) ↔    H3N:BF3

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.  Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dg penerima proton (basa). Pada jenis titrasi basa kuat dengan peniter asam kuat (misal : HCl atau H2SO4),  menghasilkan garam yang tidak terhidrolisis dalam larutan air dan larutan menjadi kristal pada titik ekivalen (pH ekiv = 7) sehingga indikator yang digunakan adalah yang mempunyai perubahan pH dari 5-10. seperti pada penentuan boraks dalam larutan air sebagai campuran borat dan natrium tetraborat, natrium salisilat, etilenadium, injeksi/tablet Na-bikarbonat (Becket, hal.110).
Larutan baku asam biasanya dibakukan terhadap Na2CO3 , Na tetraboraks atau tris (hidroksi metil) amino metan. Larutan baku basa  dibakukan terhadap kalium biftalat atau asam benzoat. Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidi alkalimetri umumnya dibuat dari HCl dan H2SO4 . HCl lebih disukai untuk senyawa yang memberikan endapan dengan H2SO4seperti Ba(OH)2. H2SO4 lebih disukai untuk titrasi dengan pemanasan karena kemungkinan terjadi penguapan pada pemanasan dengan HCl yang dapat menimbulkan bahaya. Larutan baku alkali yang sering digunakan NaOH, KOH, dan Ba(OH)2. Larutan ini mudah menyerap CO2 dari udara membentuk karbonat sehingga konsentrasinya dapat berubah dengan cepat.
Indikator yang digunakan baik pada asidimetri maupun alkalimetri adalah asam organik lemah (indikator asam) atau basa organik lemah (indikator basa), di mana bentuk yang terdisosiasinya mempunyai warna yang berbeda dengan bentuk yang tidak terdisosiasi. Kekuatan asam/basa dari indikator ini harus lebih kecil dari kekuatan senyawa yang hendak ditentukan dan larutan pengukur yang digunakan. Perubahan warna tersebut terjadi akibat adanya reaksi disosiasi dan konstitusi [terjadi akibat tautomeri / valensisometri] (Analisis Farmasi, hlm. 176-177). Pemilihan indikator asam-basa didasarkan pada besarnya persentase rentang kesalahan yang dapat diperoleh dari kurva titrasi. Jika rentang kesalahan yang diperoleh masih kecil, maka indikator tersebut dapat digunakan.
Beberapa contoh indicator asam basa:
Sumber: Modern Analytical Chemistry, David Harvey hal 289

Data dan Perhitungan :
Tabel Titrasi    :
Pembacaan (mL)
Titrasi ke-1
Titrasi ke-2
Titrasi ke-3
Volume Awal
0.00
0.00
0.00
Voleme Akhir
32,00
31,99
31,98
Volume Pemakaian
32,00
31,99
31,98
Volume Rata-rata
31,99
Perubahan Warna
Jingga Merah
Jingga Merah
Jingga Merah

Perhitungan     :
EK Na2B4O7.10 H2O = EK HCl
EK Na2B4O7.10 H2O  =         
                                    =         
                                    =          0,02515812
[Na2B4O7.10 H2O]      =         
                                    =         
                                    =          0,10063248 ≈ 0,1006 N
                     EK HCl = EK Na2B4O7.10 H2O
[HCl] x Vol. HCl        =          [Na2B4O7.10 H2O] x Vol. Na2B4O7.10 H2O
[HCl]                           =           
                                    =         
                                    =          0,07861832 ≈ 0,0786 N

Kesimpulan :
Dari hasil penetapan konsentrasi HCl dengan larutan baku Na2B4O7.10 H2O diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,0786 N.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar