Judul :Pembuatan Aspirin
Tujuan :Membuat
asam asetil salisilat dari asam salisilat dan anhidrida asam asetat melalui reaksi asetilasi
(sejenis reaksi esterifikasi)
Prinsip :Berdasarkan
reaksi esterifikasi
Teori dasar :
Aspirin adalah merek dagang yang dimiliki
oleh perusahaan farmasi Jerman yaitu Bayer, dengan istilah generiknya adalah
Asam Salisilat (ASA). Obat ini sering digunakan sebagai analgesik untuk
menghilangkan atau meringankan rasa nyeri, sebagai antipiretik untuk mengurangi
demam, serta sebagai anti-inflamasi untuk mengurangi peradangan. Aspirin kadang
juga digunakan untuk mengobati atau mencegah serangan jantung, stroke dan
angina (nyeri dada). Aspirin terkenal sebagai suatu antiplatelet yang mana
digunakan untuk mencegah pembekuan darah dalam jangka panjang untuk mencegah
serangan jantung dan stroke pada pasien yang berisiko tinggi terhadap penyakit
ini. Saat ini, aspirin sering diberikan kepada pasien setelah mengalami
serangan untuk mencegahnya terulang kembali. Selain itu, manfaat aspirin
lainnya adalah dapat meringankan gejala sakit kepala sebelah, katarak, penyakit
gusi, serta memperlambat perkembangan kanker usus.
Aspirin harus digunakan untuk kondisi kardiovaskular serta
di bawah pengawasan dokter. Obat aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak
yang mengalami demam, terutama jika mereka memiliki gejala-gejala flu atau cacar air Aspirin dapat
menyebabkan kondisi serius pada anak yang disebut dengan Reye’s syndrome.
Reye’s syndome adalah penyakit fatal yang dapat menyebabkan kerusakan pada
banyak organ di dalam tubuh, terutama otak dan hati, serta dapat menyebabkan
hipoglikemia.
Meskipun aspirin mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan,
bukan berarti obat tersebut tidak memiliki efek samping. Penggunaan yang
berlebihan serta dosis yang tidak sesuai anjuran dokter, dapat mengakibatkan
efek samping yang serius. Berikut beberapa efek samping dari aspirin:
- Gangguan perut, sakit maag
- Mengantuk
- Mual, muntah
- Telinga berdenging
- Demam
- Gatal-gatal
- Kesulitan bernapas atau asma
- Reaksi alegi seperti pembengkakan pada wajah, bibir, lidah dan tenggorokkan
- Gagal ginjal, kerusakan hati
- Batuk darah
Hentikan segera penggunaan obat aspirin serta segera hubungi
dokter jika mengalami gejala efek samping di atas. Anda juga harus menghindari
minuman beralkohol saat Anda menggunakan obat ini, karena alkohol dapat
meningkatkan resiko pendarahan di dalam perut dan usus.
Selain itu, obat ini juga tidak boleh digunakan pada
seseorang yang alergi terhadap ibuprofen atau naproxen, serta pada pasien yang
menderita asma. Karena efeknya pada lapisan perut, produsen menyarankan untuk
berkonsultasi kepada dokter telebih dahulu sebelum mengkonsumsinya.
Karena obat aspirin sudah ada sejak lama serta dijual dengan
harga terjangkau, banyak orang yang tidak percaya bahwa aspirin memiliki banyak
manfaat serta jauh lebih efektif dibandingkan obat resep yang harganya seratu
kali lebih mahal. Semua obat dapat bekerja maksimal jika digunakan sesuai dosis
yang telah ditentukan. Jika Anda ragu, berkonsultasi kepada dokter adalah cara
yang paling tepat untuk menghindari resiko efek samping yang berbahaya.
Sejarah
penemuan
Senyawa alami dari tumbuhan
yang digunakan sebagai obat telah ada sejak awal mula peradaban manusia. Di
mulai pada peradaban Mesir
kuno, bangsa tersebut telah menggunakan suatu senyawa yang berasal dari daun willow
untuk menekan rasa sakit. Pada era yang sama, bangsa Sumeria
juga telah menggunakan senyawa yang serupa untuk mengatasi berbagai jenis
penyakit. Hal ini tercatat dalam ukiran-ukiran pada bebatuan di daerah
tersebut. Barulah pada tahun 400 SM, filsafat Hippocrates
menggunakannya sebagai tanaman obat yang kemudian segera tersebar luas
Zaman modern
Reverend Edward Stone
dari Chipping Norton, Inggris,
merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin.
Pada tahun 1763,
ia telah berhasil melakukan pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan
menggunakan senyawa tersebut. Pada tahun 1826,
peneliti berkebangsaan Italia,
Brugnatelli dan Fontana, melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu senyawa
dari daun willow sebagai agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun 1828,
seorang ahli farmasi Jerman,
Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama salicin
yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix.
Senyawa ini memiliki aktivitas antipiretik yang mampu menyembuhkan demam.
Penelitian mengenai senyawa ini berlanjut hingga pada tahun 1830
ketika seorang ilmuwan Perancis
bernama Leroux berhasil mengkristalkan salicin. Penelitian ini kemudian
dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck
pada tahun 1833. Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil mendapatkan kristal
senyawa salicin dalam kondisi yang sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri
baru ditemukan pada tahun 1839 oleh Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3.
Bayer
Bayer meupakan perusahaan
pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin (asam asetilsalisilat). Ide
untuk memodifikasi senyawa asam salisilat dilatarbelakangi oleh banyaknya efek
negatif dari senyawa ini. Pada tahun 1945,
Arthur Eichengrun dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan
gugus asetil
dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus
meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Pada tahun 1897, Felix Hoffman
berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam
asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin.
Aspirin merupakan akronim
dari:
A
|
:
Gugus asetil
|
spir
|
: nama bunga tersebut dalam bahasa
Latin
|
spiraea
|
: suku kata tambahan yang sering kali
digunakan
|
in
|
: untuk zat pada masa tersebut.
|
Aspirin adalah zat sintetik
pertama di dunia dan penyebab utama perkembangan industri farmateutikal.
Bayer mendaftarkan aspirin sebagai merek
dagang pada 6
Maret 1899.
Felix Hoffmann bukanlah orang pertama yang berusaha untuk menciptakan senyawa
aspirin ini. Sebelumnya pada tahun 1853,
seorang ilmuwan Perancis bernama Frederick Gerhardt telah mencoba untuk
menciptakan suatu senyawa baru dari gabungan asetil
klorida dan sodium salisilat.]
Bayer kehilangan hak merek
dagang setelah pasukan sekutu
merampas dan menjual aset luar perusahaan tersebut setelah Perang
Dunia Pertama. Di Amerika
Serikat (AS), hak penggunaan nama aspirin telah dibeli oleh AS
melalui Sterling Drug Inc.,
pada 1918.
Walaupun masa patennya
belum berakhir, Bayer tidak berhasil menghalangi saingannya dari peniruan rumus
kimia dan menggunakan nama aspirin. Akibatnya, Sterling gagal
untuk menghalangi "Aspirin" dari penggunaan sebagai kata generik. Di
negara lain seperti Kanada,
"Aspirin" masih dianggap merek dagang yang dilindungi.
Kerja
Aspirin
Coated 325 mg aspirin tablets
Menurut kajian John Vane,
aspirin menghambat pembentukan hormon
dalam tubuh
yang dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase,
sejenis enzim
yang terlibat dalam pembentukan prostaglandins dan tromboksan,
terhenti tak berbalik apabila aspirin mengasetil enzim tersebut.
Prostaglandins
ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek pelbagai di
dalam tubuh termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak
dan pemodulatan termostat hipotalamus.
Tromboksan pula bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet. Serangan
jantung disebabkan oleh penggumpalan darah
dan rangsangan sakit menuju ke otak. Oleh itu, pengurangan gumpalan darah
dan rangsangan sakit ini disebabkan konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit
dianggap baik dari segi pengobatan.
Namun, efeknya darah lambat
membeku menyebabkan pendarahan berlebihan bisa Terjadi. Oleh itu, mereka yang
akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan
tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin.
Aspirin dibuat dengan
mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis
H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional
yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat
mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida asam asetat akan
menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol ekses akan menghasilkan metil
salisilat.
Aspirin yang terjadi dapat bereaksi dengan NaHCO3 membentuk garam natrium yang larut dalam air, sedangkan hasil samping berupa polimer tidak larut dalam bikarbonat.
Aspirin yang terjadi dapat bereaksi dengan NaHCO3 membentuk garam natrium yang larut dalam air, sedangkan hasil samping berupa polimer tidak larut dalam bikarbonat.
Kita bisa menggunakan besi(III)klorida untuk menguji kemurnian aspirin. Besi(III)klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat adalah fenol. Jika tidak ada gugus fenol warna larutan tak berubah (kuning).
Alat dan Bahan :
·
Tabung reaksi
·
Pipet
·
Termometer
·
Batang pengaduk
·
Erlenmeyer 125 ml
·
Beaker glass 100 ml
·
Asam salisilat
·
Anhidrida asam asetat
·
Natrium asetat anhidrat
·
Piridin
·
Asam sulfat pekat
·
Benzen
·
Natrium bikarbonat
·
Tablet aspirin dari apotek
Prosedur :
·
Tempatkan masing-masing 1 gram salisilat
dalam tiga tabung reaksi dan tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 ml
anhidrida asam asetat.
·
Ke dalam tabung pertama tambahkan 0,2
gram natrium asetat anhidrat, aduk perlahan dengan thermometer, catatlah waktu
yang diperlukan untuk naik 40C dan perkirakan proporsi zat padat
yang larut, lanjutkan pengadukan sekali-kali.
·
Ke dalam tabung kedua tambahkan 5 tetes
piridin, amati seperti diatas, dan bandingkan dengan hasil pertama.
·
Ke dalam tabung ketiga tambahkan 5 tetes
asam sulfat pekat dan amati seperti diatas.
·
Tempatkan semua tabung dalam labu kimia
yang berisi air panas selama 5 menit, kemudian tuangkan semua isinya ke dalam
Erlenmeyer 125 ml yang berisi air dingin dan bilasi tabung dengan air. Kocok
lagi keseluruhan hasil, dinginkan dalam es, dan kumpulkan kristal-kristal yang
terjadi. Rekristalisasi dengan alkohol.
·
Ujilah kelarutannya dalam benzen dan
dalam air panas dan perhatikan sifat larutan dalam air bila ditinggalkan.
·
Uji juga kelarutan dalam larutan natrium
bikarbonat dingin, dan dapat mengendap kembali jika ditambah asam.
·
Bandingkan dengan tablet aspirin dari
toko yang diuji kelarutannya dalam air dan benzen (jika ada yang tidak larut,
kemungkinan zat pengikat tablet, ujilah dengan larutan iodium-kalium iodida).
Data pengamatan :
·
Aspirin + Benzen → Keruh menggumpal
·
Sampel + Benzen → Bening menggumpal
·
Aspirin + Air panas → Keruh + endapan
·
Sampel + Air panas → Bening ada endapan
·
Na2CO3 + Sampel →
Bening ada gumpalan melayang
·
Na2CO3 + Aspirin →
Keruh menggendap
·
Na2CO3 + Sampel +
Acetic anhidrat → Larut membentuk cincin dan gel
·
Na2CO3 + Aspirin +
Acetic anhidrat → Keruh keluar gas
·
Aspirin + Benzen + Larutan I2
dalam KI → Larutan hitam
·
Sampel + Benzen + Larutan I2
dalam KI → Larutan merah (warna I2) dan endapan putih (terbentuk 2
fase)
·
Aspirin + Air panas + Larutan I2
dalam KI → Larutan hitam dan endapan putih (terbentuk 2 fase)
·
Sampel + Air panas + Larutan I2
dalam KI → Larutan merah (warna I2) dan endapan putih (terbentuk 2
fase)
Pembahasan :
Pada
pembuatan aspirin aspirin ini mula-mula dicampurkan 1 g asam salisilat dengan
anhidrida asam asetat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang
merupakan prinsip dari pembuatan aspirin. Reaksi esterifikasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebgai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebgai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.
Kesimpulan :
1. Aspirin dapat dibuat
dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan adanya
H2SO4.
2.Prinsip pembuatan aspirin adalah reaksi esterifikasi.
3.Pelarut organik (seperti benzena) dapat digunakan untuk rekristalisasi senyawa organik.
2.Prinsip pembuatan aspirin adalah reaksi esterifikasi.
3.Pelarut organik (seperti benzena) dapat digunakan untuk rekristalisasi senyawa organik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar