Pembuatan Aspirin
Tujuan : Membuat
asam asetil salisilat dari asam salisilat dan anhidrida asam asetat melalui
reaksi asetilasi (sejenis reaksi esterifikasi)
Prinsip
Kerja : Berdasarkan
reaksi esterifikasi, asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan
katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi
Teori Dasar :
Aspirin adalah zat sintetik pertama di
dunia dan istilah lainnya adalah Asam Salisilat (ASA). Obat ini sering
digunakan sebagai analgesik untuk menghilangkan atau meringankan rasa nyeri,
sebagai antipiretik untuk mengurangi demam, serta sebagai anti-inflamasi untuk
mengurangi peradangan.
Aspirin dibuat dengan
mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4
pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang
mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat
mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida asam asetat akan
menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol ekses akan menghasilkan metil
salisilat.
Aspirin yang terjadi
dapat bereaksi dengan NaHCO3 membentuk garam natrium yang larut
dalam air, sedangkan hasil samping berupa polimer tidak larut dalam bikarbonat.
Kita bisa menggunakan besi (III) klorida untuk menguji kemurnian aspirin. Besi (III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat adalah fenol. Jika tidak ada gugus fenol warna larutan tak berubah (kuning).
Alat dan Bahan :
·
Tabung reaksi
·
Pipet
·
Termometer
·
Batang pengaduk
·
Erlenmeyer 125 ml
·
Beaker glass 100 ml
·
Asam salisilat
·
Anhidrida asam asetat
·
Natrium asetat anhidrat
·
Piridin
·
Asam sulfat pekat
·
Benzen
·
Natrium bikarbonat
·
Tablet aspirin dari apotek
Prosedur Kerja :
1. Tempatkan
masing-masing 1 gram salisilat dalam tiga tabung reaksi dan tambahkan ke dalam
masing-masing tabung 2 ml anhidrida asam asetat.
2. Ke
dalam tabung pertama tambahkan 0,2 gram natrium asetat anhidrat, aduk perlahan
dengan thermometer, catatlah waktu yang diperlukan untuk naik 40C
dan perkirakan proporsi zat padat yang larut, lanjutkan pengadukan sekali-kali.
3. Ke
dalam tabung kedua tambahkan 5 tetes piridin, amati seperti diatas, dan
bandingkan dengan hasil pertama.
4. Ke
dalam tabung ketiga tambahkan 5 tetes asam sulfat pekat dan amati seperti
diatas.
5. Tempatkan
semua tabung dalam labu kimia yang berisi air panas selama 5 menit, kemudian
tuangkan semua isinya ke dalam Erlenmeyer 125 ml yang berisi air dingin dan
bilasi tabung dengan air. Kocok lagi keseluruhan hasil, dinginkan dalam es, dan
kumpulkan kristal-kristal yang terjadi. Rekristalisasi dengan alkohol.
6. Ujilah
kelarutannya dalam benzen dan dalam air panas dan perhatikan sifat larutan
dalam air bila ditinggalkan.
7. Uji
juga kelarutan dalam larutan natrium bikarbonat dingin, dan dapat mengendap
kembali jika ditambah asam.
8. Bandingkan
dengan tablet aspirin dari toko yang diuji kelarutannya dalam air dan benzen
(jika ada yang tidak larut, kemungkinan zat pengikat tablet, ujilah dengan
larutan iodium-kalium iodida).
Data dan Pengamatan :
Reaksi:
Reaksi aspirin dengan NaHCO3
Hasil pengamatan selama proses:
·
Aspirin + Benzen → Keruh menggumpal
·
Sampel + Benzen → Bening menggumpal
·
Aspirin + Air panas → Keruh + endapan
·
Sampel + Air panas → Bening ada endapan
·
Na2CO3 + Sampel →
Bening ada gumpalan melayang
·
Na2CO3 + Aspirin →
Keruh menggendap
·
Na2CO3 + Sampel +
Acetic anhidrat → Larut membentuk cincin dan gel
·
Na2CO3 + Aspirin +
Acetic anhidrat → Keruh keluar gas
·
Aspirin + Benzen + Larutan I2
dalam KI → Larutan hitam
·
Sampel + Benzen + Larutan I2
dalam KI → Larutan merah (warna I2) dan endapan putih (terbentuk 2
fase)
·
Aspirin + Air panas + Larutan I2
dalam KI → Larutan hitam dan endapan putih (terbentuk 2 fase)
·
Sampel + Air panas + Larutan I2
dalam KI → Larutan merah (warna I2) dan endapan putih (terbentuk 2
fase)
Pembahasan :
·
Pada pembuatan aspirin ini, mula-mula
dicampurkan 1 g asam salisilat dengan anhidrida asam asetat sehingg reaksi yang
terjadi adalah esterifikasi. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara
mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat
berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asam
asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam
asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam
asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas
gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
·
Penambahan asam sulfat pekat berfungsi
sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari
reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping
ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan
kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan
hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti
setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.
Kesimpulan :
1. Aspirin
dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
dengan H2SO4 sebagai katalis.
2. Prinsip
pembuatan aspirin adalah reaksi esterifikasi.
3. Pelarut
organik (seperti benzena) dapat digunakan untuk rekristalisasi senyawa organik.
Pembuatan Sabun dari Minyak Kelapa
Tujuan : Membuat
sabun sederhana dengan menggunakan prinsip saponifikasi
Prinsip
Kerja : Hidrolisa
dalam suasana basa (saponifikasi) dari suatu ester menghasilkan garam dari asam
karboksilat.
Teori Dasar :
Sabun adalah suatu
gliserida (umumnya C16 dan C18 atau karboksilat suku
rendah) yang merupakan hasil reaksi antara ester (suatu derivat asam
alkanoat yaitu reaksi antara asam karboksilat dengan alkanol yang merupakan
senyawa aromatik dan bermuatan netral) dengan hidroksil dengan residu
gliserol (1.2.3 – propanatriol). Apabila gliserol bereaksi dengan asam
– asam yang jenuh (suatu olefin atau polyunsaturat) maka akan
terbentuk lipida (trigliserida atau triasilgliserol).
Gliserida (lelehan
lemak sapi atau lipida lain) dididihkan bersama – sama dengan larutan
lindi (dulu digunakan abu kayu karena mengandung K-karbonat tapi
sekarang NaOH) terjadi hidrolisis menjadi gliserol dan garam Sodium dari
asam lemak, setelah sabun terbentuk kedalamnya ditambahkan NaCl agar sabun
mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Gliserol, lindi dan
NaCl berlebih dipisahkan dengan cara destilasi. Sabun yang masih kotor
dimurnikan dengan cara pengendapan berulang – ulang (represipitasi).
Akhirnya ditambahkan zat aditif (batu apung, parfum dan zat pewarna)
Jenis – jenis Sabun :
1.
Sabun keras atau sabun cuci.
Dibuat dari lemak dengan
NaOH, misalnya Na – Palmitat dan Na – Stearat.
2.
Sabun lunak atau sabun mandi.
Dibuat dari lemak dengan
KOH, misalnya K-Palmitat dan K-Stearat
Suatu molekul sabun
mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon
dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat – zata non polar,
sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya
rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar –
benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk
misel (micelles), yakni kumpulan (50 – 150) molekul sabun yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung – ujung ionnya menghadap ke air.
Sifat umum Sabun
dan Detergen:
1.
Bersifat basa
R – C-O-
+ H2O
R – C-OH + OH-
2.
Tidak berbuih di air sadah (Garam Ca, Mg dari Khlorida dan Sulfat)
C17H35COONa
+ CaCl2
Ca
(C17H35COO)2 + NaCl
3.
Bersifat membersihkan
R- (non polar dan
Hidrofob) akan membelah molekul minyak dan kotoran menjadi partikel yang
lebih kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah
dipisahkan. Sedangkan -C-O- (polar dan Hidrofil) akan larut
dalam air membentuk buih dan mengikat partikel – partikel kotoran sehingga
terbentuk emulsi.
Suatu gambaran dari
stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang
panjang sebagai “ekor ” :
H H H H H H H H H H H H
H H H H H O
H –
C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-O
H H H H H H H H H H H H
H H H H H
Dengan adanya minyak, lemak, dan bahan organik tidak larut
dalam air lainnya, kecenderungan untuk “ekor” dan anion melarut dalam bahan
organik, sedangkan bagian “kepala ” tetap tinggal dalam larutan air. Oleh
karena itu sabun mengemulsi atau mensuspensi bahan organik dalam air. Dalam
proses ini, anion-anion membentuk partikel-partikel koloid micelle.
Keuntungan yang utama sebagai bahan pencuci karena terjadi reaksi dengan
kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut.
Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari magnesium dan
kalsium.
2 C17H35COO-
Na+ Ca2+
Ca (C17H35CO2)2 (s) + 2
Na+
Sabun yang masuk kedalam
buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya langsung terendap sebagai garam
– garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun
dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akibatnya dengan biodegradasi, sabun
secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan.
Sabun terdiri dari Sodium (Na)/Potasium(K) dari asam lemak
Sabun terdiri dari Sodium (Na)/Potasium(K) dari asam lemak
Alat dan Bahan :
·
NaOH 35%
·
Minyak kelapa
·
NaCl
·
Aqua dm
·
Gelas kimia 250 mL
·
Gelas ukur
·
Kaki tiga dan kassa
·
Pembakar spirtus
·
Corong pendek
·
Kertas saring
Prosedur Kerja :
1. Dimasukkan
kedalam gelas kimia 25 mL minyak kelapa dan 15 mL larutan NaOH 35%.
2. Campuran
dididihkan secara hati-hati sambil terus diaduk, pemanasan dihentikan sampai terdapat
larutan jernih bila 1 tetes campuran diteteskan kedalam 10 mL air.
3. Ditambahkan
50 mL air, dan dipanaskan kembali, ditambahkan kedalammya larutan NaCl (7,5
gram dalam 22,5 mL air) sampai sabunnya terpisah.
4. Disaring
untuk memisahkan endapan sabun kemudian dicuci dengan air, sabun yang telah jadi
dicetak dan dikeringkan.
Data dan Pengamatan :
Reaksi:
NaOH + (C17H35COOH)3C3H5 →
3C17H35COONa + C3H5OH
Data pengamatan selama
proses
No.
|
Prosedur
|
Pengamatan
|
1.
|
Dimasukkan kedalam gelas kimia 25 mL
minyak kelapa dan 15 mL larutan NaOH 35%.
|
Campuran berwarna kuning, terdapat dua
lapisan dan berbau khas
|
2.
|
Campuran
dididihkan secara hati-hati sambil terus diaduk, pemanasan dihentikan sampai
terdapat larutan jernih bila 1 tetes campuran diteteskan kedalam 10 mL air.
|
Kandungan
air dalam campuran mulai menyusut,
kemudian satu tetes campuran diteteskan dalam 10 mL air untuk
mengetahui reaksi telah sempurna
|
3.
|
Ditambahkan 50 mL air, dan dipanaskan
kembali, ditambahkan kedalammya larutan NaCl (7,5 gram dalam 22,5 mL air)
sampai sabunnya terpisah.
|
Campuran mulai mengental dan ketika
ditambahkan NaCl kedalamnya campuran menjadi berwarna putih kental .
|
4.
|
Disaring
untuk memisahkan endapan sabun kemudian dicuci dengan air, sabun yang telah
jadi dicetak dan dikeringkan.
|
Endapan
yang diperoleh merupakan sabun, bertekstur kasar, berwarna putih, berbau khas
lemak/minyak, licin, dan menghasilkan sedikit busa pada saat dibasahi dengan
air
|
Pembahasan :
·
Bilangan penyabunan adalah bilangan yang
menunjukkan jumlah mg basa yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas dan
asam lemak.
·
Pada saat proses pemanasan, pemanasan
dihentikan sampai terdapat larutan jernih bila 1 tetes campuran diteteskan
kedalam 10 mL air. Hal ini bertujuan untuk mengetahui reaksi antara NaOH dengan
minyak telah sempurna karena bila tetesan yang dihasilkan menimbulkan kekeruhan
artinya masih ada minyak yang belum bereaksi dengan NaOH.
·
Sabun yang dihasilkan bertekstur kasar
atau keras hal ini dikarenakan minyak kelapa yang digunkan dihidrolisis
menggunakan NaOH
·
Penambahan NaCl bertujuan agar sabun yang mengendap dan
dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
·
Sabun yang diperoleh, berwarna putih
karena tidak ada penambahan pewarna pada saat proses pembuatan sehingga
diperoleh warna asli hasil dari reaksi saponifikasi, berbau khas lemak/minyak
ini karena sabun yang kami buat terbuat dari minyak goreng dan tanpa penambahan
zat pewangi.
Kesimpulan :
ü Sabun
merupakan suatu garam dari asam karboksilat tinggi (berantai panjang).
ü Sabun
sederhana dapat diperoleh dengan hidrolisis minyak oleh suatu basa dan
menghasilkan sabun sebagai garam dari asam karboksilat.
PEMBUATAN ASAM PIKRAT
Tanggal Praktikum :
Sabtu, 03 Desember 2011
Tujuan Percobaan : Membuat devirat
(turunan) fenol dengan reaksi nitrasi.
Prinsip Kerja : Fenol dioksidasi oleh asam nitrat dalam suasana asam. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi nitrasi yang menghasilkan asam pikrat sebagai turunan dari fenol.
Teori Dasar :
Asam pikrat adalah senyawa kimia yang bersifat eksplosive. terbentuk karena reaksi antara Fenol dan asam nitrat hingga menghasilkan 2,4,6-trinitrofenol.
Asam
adalah kristal putih kekuningan. Dalam suhu 20 ° C kelarutan dalam air sedikit larut (dalam 100
g air melarutkan 1,1 g TNF), dan sedikit hydroskopic. Asam pikrat juga
larut baik dalam pelarut organik
terutama aseton (43 gram dalam 100 g pada 25 ° C), metanol (21 gram dalam 100 g
pada 25 ° C), sedikit larut dalam asam sulfat dan asam nitrat pada suhu kamar,
kelarutan meningkat seiring dengan temperatur . Ketika dipanaskan di atas titik
leleh (122.5 ° C) asam pikrat akan menyublim.
Asam pikrat terdapat di alam dan relatif stabil. Asam pikrat dapat
menghasilkan pikráty (garam dari asam picric), yang sangat sensitif dan
menyebabkan ledakan. Dengan peningkatan berat atom logam sensitivitas
meningkat. Para logam direaksikan dengan air atau dalam keadaan cair juga
menghasilkan pikráty. Asam Picrat juga dapat menghasilkan ester, misalnya
Trinitroanisol dan trinitrofenetol.
Asam
pikrat lebih beracun dari pada
nitrolátky aromatik. Dosis mematikan tunggal untuk kelinci adalah sekitar 0,5
gram/ 1 kg berat makhluk hidup. Racun yang dihasilkan menumpuk di dalam tubuh,
menembus kulit, kulit, rambut, kuku, gigi dan air liur. Larutan encer asam picric (0,05%) dapat
digunakan untuk membunuh banyak bakteri (seperti bakteri dan tifus).
Fenol atau asam karbolat atau benzenol
adalah kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH
dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin
fenil.
Karakteristik fenol memiliki kelarutan terbatas dalam
air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya
ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion
tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O−
yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih
asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol
dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik
lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan
orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang
mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan
anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada
benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig, fenol juga dapat diperoleh
sebagai hasil dari oksidasi batu bara.
Fenol dapat
digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat
mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol).
Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya
semprotan kloraseptik. Fenol juga berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian
dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya). Fenol yang
terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.
Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati dengan disuntikkan
ke jantung sehingga mengakibatkan kematian langsung.
Alat dan Bahan :
Bahan:
·
Fenol
·
Asam Sulfat pekat (H2SO4)
·
Asam Nitrat pekat (HNO3)
·
Alkohol
·
Larutan ferri khlorida (FeCl3)
·
Es
·
Aquadest
Alat:
·
Gelas Kimia 250 mL
·
Gelas Ukur
·
Batang pengaduk
·
Corong Grooch
Prosedur Kerja :
1.
Timbang kedalam gelas kimia 250 mL 5
gram fenol, tambahkan 6 mL H2SO4 pekat.
2.
Panaskan dalam penangas air selama 30
menit sambil diaduk. Kemudian didinginkan dalam air es.
3.
Tambahkan 19 mL HNO3 pekat,
(lakukan dalam lemari asam).
4.
Cairan segera dikocok sampai tercampur
homogen. Diamkan beberapa saat, maka akan terjadi reaksi hebat dan terbentuk
uap coklat (tetapi reaksi tidak berbahaya). Panaskan selama 1 jam sambil dikocok di dalam lemari asam
sampai uap coklat hilang kemudian panaskan dalam water bath.
5.
Tambahkan kedalamnya 200 mL air dingin,
saring dengan corong pengisap sambil dicuci dengan aquadest.
6.
Rekristalisasi dengan menggunakan
pelarut campuran air dan alcohol (1:2). Dibutuhkan sekitar 65 ml campuran.
Saring dengan corong pengisap dan keringkan.
7.
Timbang Kristal yang di hasilkan
kemudian identifikasi dengan larutan FeCl3 dan tentukan titik
leburnya = 1220C.
Reaksi :
Data dan Pengamatan :
Tabel
pengamatan selama proses
No
|
Prosedur
|
Pengamatan
|
1.
|
5 gram fenol,
ditambahkan 6 mL H2SO4 pekat.
|
Fenol larut, dan reaksi terjadi secara
eksoterem (menghasilkan panas), penambahan asam sulfat di lakukan di ruang
asam.
|
2.
|
Campuran
dipanaskan dalam pemanas air selama 30 menit sambil dikocok, kemudian
didinginkan
|
Larutan
berwarna coklat muda
|
3.
|
Ditambahkan 19 mL asam nitrat pekat,
dan didiamkan sebentar, kemudian dipanaskan selama 1 jam dalam penangas air
|
Terbentuk uap coklat, reaksi
eksoterem.
Setelah uap coklat habis, dipanaskan
sambil diaduk diatas water bath selama 1 jam larutan yang terbentuk berwarna
kuning
|
4.
|
Ditambahkan
200 mL air dingin dan disaring dengan corong grooch dan dicuci dengan air dan
campuran alcohol:air (1:2), kristal yang diperoleh dikeringkan kemudian
ditimbang
|
Terbentuk
kristal berwarna kuning, Kristal yang diperoleh sebanyak 4,9880 gram
|
Pembahasan :
·
Pada proses penimbangan fenol harus
hati-hati, gunakan masker dan sarung tangan karet agar tidak mengiritasi kulit
dan meracuni karena sifat fenol adalah beracun.
·
Reaksi antara fenol dengan asam sulfat
menghasilkan asam p-fenol sulfonat.
·
Penambahan asam sulfat menghasilkan
reaksi eksoterem itu karena sifat asam sulfat yang higroskopis sehingga
menhsilkan panas pada saat direaksikan dengan fenol.
·
Setelah ditambahkan asam sulfat larutan
dipanaskan dalam water bath tujuannya agar reaksi antara asam sulfat dengan
fenol berlangsung cepat, kemudian didiamkan sampai dingin agar reaksi yang
terbentuk benar-benar sempurna.
·
Pada saat penambahan asam nitrat harus
perlahan-lahan agar tidak memercik dan dilakukan dalam ruang asam karena
menghasilkan uap coklat yang dihasilkan dari reaksi antara asam p-fenolsulfonat
dengan asam nitrat.
·
Setelah uap coklat hilang proses
dilanjutkan dengan pemanasan di atas water bath tujuannya agar reaksi nitrasi
antara asam p-fenolsulfonat dengan asam nitrat berlangsung cepat. Karena
umumnya reaksi-reaksi organic berjalan lambat.
·
Setelah dipanaskan langsung didinginkan
dan ditambahkan aqua dm sebanyak 200 mL tujuannya agar kristal cepat terbentuk.
·
Penyaringan dengan teknik yang benar
diperlukan agar tidak terjadi peptisasi atau menerobosnya endapan.
·
Pencucian dengan air dan campuran
alcohol air (1:2) untuk mencuci sisa asam sulfat sehingga mendapatkan asam
pikrat yang murni.
Kesimpulan :
ü Asam
pikrat merupakan produk atau hasil dari reaksi fenol dengan asam nitrat melalui
proses nirasi, sehingga asam pikrat merupakan devirat atau turunan dari fenol
dengan reaksi nitrasi.
ü Asam
pikrat yang dihasilkan sebanyak 4,9880 gram
Isolasi Kafein dari Daun Teh
Tanggal Praktikum : Sabtu,
03 Desember 2011
Tujuan : Isolasi
alkaloid (kafein) dari teh
Prinsip
Kerja : Kafein
dari daun teh diisolasi kemudian ditambahkan CaCO3 untuk
mengendapkan tannin sebagai garam
Teori Dasar :
Kafein,
1,
3, 7-trimetilxantin, banyak terdapat di dalam tanaman kopi, teh, coklat, dan
juga banyak terdapat dalam minuman misalnya coca cola. Kafein termasuk dalam
kelompok alkaloid golongan purin, dimana dalam strukturnya banyak mengandung N
yang terikat dalam struktur. Kafein mempunyai efek fisiologi kalau terdapat
dalam darah, yaitu bersifat stimulan.
Mengisolasi kafein dari bahan alam
misalnya daun teh, termasuk mudah karena mudah larut dalam air panas dan lebih
larut lagi dalam kloroform, dan berbentuk kristal. Kadarnya sekitar 2-5% dalam
teh, dalam kopi 0,1 – 1,7%, dan dalam coklat 0,1 – 0,8%. Ekstraksi kafein dari
teh lebih sulit karena kafein dalam daun terdapat bersama-sama dengan senyawa
lain misalnya tanin (turunan
pentadigaloilglukosa) yang tak larut dalam air, dan sukar dipisahkan dari
alkaloid. Untuk ini tanin direaksikan dengan kalsium karbonat membentuk
garamnya.
Alat dan Bahan :
Corong pisah 500 mL Kalsium karbonat serbuk
Erlenmeyer 500 mL Kloroform atau
metilendiklorida
Alat destilasi Benzen
Corong buchner + vakum Sampel teh
Petroleum
benzen
Prosedur Kerja :
1. Ke
dalam erlenmeyer 500 mL, masukkan 25 gr daun teh kering, 250 mL air dan 25 gr
CaCO3. Panaskan campuran diatas uap air selama 20 menit, sambil
sewaktu-waktu diaduk atau digoncang. Dinginkan diudara.
2. Saring
larutan air dengan menggunakan corong buchner besar serta pengisapan, sampai
sisa padat ditekan kering.
3. Pindahkan
larutan air ke dalam corong pisah 500 mL, partikel padat jangan sampai terbawa.
Biarkan dingin diudara, lalu lakukan ekstraksi dua kali masing-masing dengan 25
mL kloroform, CHCl3, atau metilen diklorida, CH2Cl2,
dengan hati-hati (sekali-kali kran dbuka
untuk mengeluarkan gas) selama 5-10 menit. Jika terjadi emulsi yang sukar
dipisahkan, coba tambahkan sedikit pelarut lagi. Simpan corong pada
statif/klem, biarkan beberapa saat
sampai terpisahkan dua lapisan. Tampung seluruh larutan kloroform ke dalam
labu destilasi 100 mL.
4. Selanjutnya lakukan pengisatan larutan kafein
dengan cara destilasi diatas penangas air, sampai diperoleh larutan jenuhnya yang
mungkin berwarna hijau muda.
5. Dinginkan
secara bertahap sampai terbentuk kristalnya sebanyak mungkin. Lakukan
kristalisasi dengan melarutkannya dalam 5 mL benzen panas dan tambahkan 10 mL
petroleum benzen. Pisahkan kristal dengan penyaringan vakum menggunakan corong
buchner. Lakukan rekristalisasi tahap dua dengan menggunakan campuran pelarut
yang sama. Timbang dan tentukan titik lelehnya (sekitar 225 – 250 0C).
Data dan Pengamatan :
Pengamatan
selama proses
No.
|
Prosedur
|
Pengamatan
|
1.
|
Ke dalam erlenmeyer 500 mL, masukkan
25 gr daun teh kering, 250 mL air dan 25 gr CaCO3. Panaskan
campuran diatas uap air selama 20 menit
|
Larut, berwarna coklat kehitaman
|
2.
|
ekstraksi
dua kali masing-masing dengan 25 mL kloroform, CHCl3, atau metilen
diklorida, CH2Cl2, dengan hati-hati (sekali-kali kran dbuka untuk mengeluarkan
gas) selama 5-10 menit.
|
Terbentuk
2 fase, berwarna coklat dan bening. Setelah dikocok menjadi bersatu, terdapat
gas yang keluar, terdapat emulsi, didiamkan dan menjadi 2 fase kembali.
Hasil
yang diperoleh berupa larutan berwarna bening kehijauan.
|
3.
|
Lakukan
pengisatan larutan kafein dengan cara destilasi diatas penangas air, sampai
diperoleh larutan jenuhnya. Dinginkan secara bertahap
|
Cairan bening kehijauan didestilasi
sampai diperoleh sisa didalam labu bulat yang berwarna kuning, kemudian
dikeringkan.
|
Pembahasan :
·
Pada saat ekstraksi dengan corong pisah,
setelah dikocok tutup dari corong pisah harus dibuka hal ini bertujuan untuk
mengeluarkan gas sehingga pada saat mengeluarkan alikot dapat keluar karea bila
keadaanya vacuum alikot tidak akan keluar.
·
Proses kristalisasi digunkan untuk
memurnikan atau pun membuat zat lebih pekat atau lebih murni dengan
menghilangkan zat-zattambahan didalamnya.
·
Kafein lebih cepat larut dalam klorofom
karena kafein dalam daun teh terdapat bersama-sama dengan senyawa lain, misalnya
tannin yang tidak larut dalam air dan sukar dipisahkan dari alkaloid
·
Ekstraksi kafein dari teh lebih sulit
karena kafein dalam daun terdapat bersama-sama dengan senyawa lain misalnya tanin (turunan pentadigaloilglukosa)
yang tak larut dalam air, dan sukar dipisahkan dari alkaloid. Untuk ini tanin
direaksikan dengan kalsium karbonat membentuk garamnya.
Kesimpulan :
ü Kafein
dan tannin bila ditambahkan CaCO3 akan membentuk garam
ü Kafein
mudah larut dalam air panas
ü Kadar
kafein 1,3,7-trimetillenxantin dalam daun teh sekitar 2-5%
PEMBUATAN
AMIL ALDEHID
Tanggal
Praktikum : Sabtu, 17 Desember 2011
Tujuan Percobaan : Oksidasi alcohol primer
menjadi aldehid
Prinsip
Kerja : Suatu
alcohol primer (amil alcohol) dioksidasi oleh kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam H2SO4
(p).
Teori Dasar :
Oksidasi alcohol akan menjadi sebuah
aldehid jika digunakan alcohol yang berlebih dan aldehid bisa dipisahkan
melalui distilasi sesaat setelah terbentuk. Alkohol berlebih berarti bahwa
tidak ada agen pengoksidasi yang cukup untuk melakukan tahap oksidasi kedua.
Pemisahan aldehid sesegera mungkin setelah terbentuk berarti bahwa tidak
tinggal menunggu untuk dioksidasi kembali. Jika digunakan
etana sebagai sebuah alkohol primer sederhana, maka dihasilkan aldehyd dan
etana, CH3CHO
Aldehida adalah senyawa organik yang
mengandung-CHO radikal, di mana sebuah atom karbon membentuk ikatan rangkap
dengan atom oksigen dan juga terikat pada atom hidrogen dan kelompok lain
dilambangkan dengan R, yang bisa menjadi atom hidrogen kedua, sebuah kelompok
alkil, atau grup aril. Yang paling penting dan contoh-contoh sederhana adalah
metanal (formaldehida), HCOH, dan ethanal (asetaldehida), CH 3 CHO.
Gugus aldehid dapat dibuat dari
oksidasi alcohol. Alcohol primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun
asam karboksilat tergantung pada kondisi-kondisi reaksi. Untuk pembentukan asam
karboksilat, alcohol pertama-tama dioksidasi menjadi sebuah aldehid yang
selanjutnya dioksidasi lebih lanjut menjadi asam.
Sifat – sifat Aldehyd:
1. Aldehyd
mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pada alkana yang sederajat, tetapi
lebih rendah dari pada alkohol yang sesuai, hal ini karena aldehyd tidak
memiliki ikatan hidrogen.
2. Pada suhu kamar
berupa gas (seperti metanal) dan pada suku yang lebih tinggi berwujud cair dan
padat.
3. Semakin panjang
rantai atom karbon, maka semakin sedap baunya (seperti metanal)
4. Sangat mudah
larut dalam air (seperti metanal atau formaldehid, asetaldehid atau etanal).
Hal ini karena senyawa dengan dengan gugus fungsi aldehyd bersifat polar terutama
bagi senyawa dengan jumlah atom C sedikit.
Kegunaan Aldehid :
1.Seperti pada
larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% disebut formalin. Zat ini banyak
digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dalam laboratorium karena dapat
membunuh germs (disenfektan).
2.Digunakan untuk
membuat plastik termoset, damar buatan, serta insektisida dan germisida
3.Seperti pada
etanol atau asetaldehyda dipakai untuk karet atau damar buatan, zat warna, dan
bahan organik yang penting, misalnya : asam asetat, aseton, etil asetat, dan 1-
butanol.
Alat dan Bahan :
Bahan:
·
Amil Alkohol
· Asam
Sulfat pekat (H2SO4)
·
Kalium Bikromat (K2Cr2O7)
·
Larutan Fehling A
·
Larutan Fehling B
·
Es
·
Aquadest
Alat:
·
Gelas Kimia 100 mL
·
Gelas Ukur
·
Batang pengaduk
·
Labu Bulat Leher Tiga
·
Corong Pisah
·
Termometer
·
Kondensor dan selang
·
Batu Didih
·
Still Head
·
Adaptor
·
Erlenmeyer 250 mL
·
Kassa dan Kaki Tiga
·
Klem dan Statif
·
Pembakar Spirtus
Prosedur Kerja :
1. Ke
dalam labu leher tiga 250 mL masukkan 6,5 mL Amil alcohol.
2.
Timbang dalam gelas kimia 100 mL 7 gram
K2Cr2O7 dalam 37,5 mL air destilata, kemudian
tambahkan 5 mL asam sulfat (H2SO4) pekat. Dinginkan
kemudian masukkan ke dalam corong pemisah.
3.
Rangkai alat destilasi. Labu leher tiga
yang telah dilengkapi corong pemisah, termometer dan batu didih didihkan dengan
pemanas spiritus.
4.
Campuran dalam corong pemisah diteteskan
pelan-pelan. Dijaga suhu uap maksimum 75 – 800C. Destilat yang
keluar ditampung dalam Erlenmeyer yang didinginkan dengan Es. Lakukan sampai
amil alcohol teroksidasi sempurna oleh kalium dikromat (K2Cr2O7)
dalam H2SO4 (p).
5.
Ukur volume destilat yang diperoleh.
Kemudian tambahkan 1 mL larutan campuran fehling A dan fehling B ke dalam 1 mL
destilat dalam tabung reaksi kemudian panaskan dalam water bath. Amati hasil
yang dipeoleh.
Reaksi :
H2SO4
+ K2Cr2O7
→ H2CrO4
+ K2SO4 + O2
H2Cr2O4
+ K2SO4 + O2 + C5H11OH → C4H9CHO
+ K2Cr2O7 + 2H2O + SO2
H2SO4
+ C5H11OH
→ C4H9CHO + 2H2O
+ SO2
Reaksi aldehyde
dengan fehling
O
O
|| ||
R- C- H + 2 Cu2+ + 4 OH- → R- C- OH + Cu2O + 2 H2O
(Merah bata)
Data dan Pengamatan :
Gambar rangkaian alat destilasi:
Pengamatan
selama proses percobaan :
1. Air + H2SO4 + K2Cr2O7
Pada saat air + H2SO4
yang mulanya tidak berwarna berubah menjadi keorangean, serta tidak
mengeluarkan panas lagi.
2.
Ditambah
C5H11OH
Pada saat ditambahkan K2Cr2O7
dalam H2SO4 kedalam larutan C5H11OH
secara perlahan dalam proses destilasi, larutan C5H11OH
langsung berubah menjadi hijau kehitaman. Uap yang dihasilkan dikondensasi dan
ditampung didalam erlenmeyer sambil didinginkan. Proses destilasi diteruskan
sampai K2Cr2O7 dalam H2SO4
habis, setelah habis destilat yang diperoleh sekitar 6,5 mL. destilat yang
dihasilkan berbau khas.
3.
Pengujian
destilat dengan pereaksi fehling
Destilat ditambahkan
larutan fehling menjadi berwarna biru kemudian dipanaskan didalam water bath
menghasilkan endapan merah
Pembahasan :
1. Oksidasi alcohol akan menghasilkan
aldehid jika digunakan alcohol berlebih, dan aldehid bisa dipisahkan melalui
distilasi setelah terbentuk.
2. Pada saat pencampuran antara air
dengan H2SO4. H2SO4 pekat harus
diberika sedikit demi sedikit dan didinginkan dengan es, hal ini dilakukan agar
proses antara air dengan H2SO4 yang termasuk eksoterm
tidak menjadi berbahaya.
3. Pada saat distilasi suhu harus
dijaga 70-80o C. Amil aldehida yang didapat tidak terlalu banyak
yaitu sebesar 6,5 ml, ini berarti amil aldehyda yang dilakukan dengan distilasi
berupa amyl aldehid murni tanpa bercampur dengan air, serta mengeluarkan bau
khas dan tidak berwarna.
4. Pengujian dengan fehling membuktikan
bahwa oksidasi yang dilakukan telah sempurna karena menghasilkan aldehyd dengan
ditandai adanya endapan merah saat direksikan dengan fehling.
Kesimpulan :
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisis bahwa percobaan pembuatan amil
aldehyd dilakukan dengan cara oksidasi alkohol primer dengan bahan berupa C5H11OH
(amil alcohol) sebagai alkohol primer, H2SO4 pekat
sebagai katalis dan K2Cr2O7 sebagai
pengoksidator. Oksigen (O2)
didapat pada saat mereaksikan antara H2SO4 dengan K2Cr2O7
karena disini K2Cr2O7 berperan sebagai
pengoksidator.
Pengujian
dengan fehling membuktikan bahwa oksidasi yang dilakukan telah sempurna karena
menghasilkan aldehyd dengan ditandai adanya endapan merah saat direksikan
dengan fehling
Pembuatan Aseto
p-toluidin
Tanggal Praktikum : Sabtu, 17 Desember 2011
Tujuan :
Membuat senyawa organic berantai dengan menggunakan azas-azas asetilasi
(asilasi) dalam melindungi gugus amino terhadap oksidator, oksidasi alkil
aromatik, dan reaksi SN turunan karboksilat (amida)
Prinsip Kerja : Gugus
amino dilindungi dengan dirubah menjadi asetamida melalui reaksi asetilasi, amida yang diperoleh
direaksikan dengan oksidator dimana
gugus metil yang terikat pada cincin benzen diubah menjadi gugus karboksilat.
Kemudian gugus asetamida dihidrolisa menghasilkan
kembali gugus amino.
Teori Dasar :
Salah
satu tujuan asetilasi turunan-turunan
amina adalah untuk melindungi gugus amino terhadap reaksi oksidasi, yang
akan dijalankan terhadap substituen lain dalam molekul yang sama. Pada
percobaan ini, gugus amino pertama-tama dilindungi dengan jalan merubahnya
menjadi asetamida melalui reaksi asetilasi,
sebelum dilakukan oksidasi dalam pengubahan p-toluidin menjadi asam
p-aminobenzoat. Amida yang diperoleh dapat direaksikan dengan oksidator dimana gugus metil yang
terikat pada cincin benzen diubah menjadi gugus karboksilat. Kemudian gugus
asetamida dihidrolisa menghasilkan
kembali gugus amino.
Proses pengubahan p-toluidin menjadi
asam p-aminobenzoat ditunjukkan oleh reaksi berikut :
Alat dan Bahan :
Erlenmeyer 1,5 L p-toluidin
penangas air asam khlorida pekat
corong penyaring karbon aktif
kertas saring natrium asetat trihidrat
pembakar bunsen anhidrida asetat
termometer 110 magnesium sulfat anhidrat
gelas ukur 50 mL H2SO4 encer
(50:50 air)
labu bulat 300 mL amoniak
labu leher tiga 2 L asam asetat
glasial
kondensor refluks kertas lakmus
Prosedur Kerja :
1. Tempatkan
32 gram (0,3 mol) p-toluidin yang sudah dihaluskan dalam satu campuran 750 mL
air dan 27 mL HCl pekat. Bila perlu, panaskan diatas penangas air sambil diaduk
untuk membantu melarutkannya. Bila larutan berwarna gelap, tambahkan 1-2 gram
karbon aktif, aduk beberapa menit kemudian saring.
2. Siapkan
larutan 48 gram (0,34 mol) natrium asetat trihidrat dalam 80 mL air.
3. Panaskan
larutan p-toluidin hidrokhlorida yang sudah tak berwarna, sampai 50 C.
4. Tambahkan
33,4 mL (0,35 mol) anhidrida asetat. Aduk dengan segera dan segera tambahkan
larutan natrium asetat yang sudah disiapkan.
5. Campur
dengan baik dan dinginkan dalam air es, saring kristal dengan corong buchner,
cuci tiga kali dengan sedikit air dingin, lalu keringkan diudara. Titik leleh
146-7 C.
Data dan Pengamatan :
Reaksi:
Hasil dan Pengamatan :
Percobaan
|
Data dan Pengamatan
|
Menambahkan air dingin
|
Terbentuk
kristal
|
Menentukan titik leleh
|
Titik leleh = 146,7 ºC
|
Pembahasan :
·
Asam
p-aminobenzoat bersama-sama vitamin asam pentatonat dan biotin, berperan dalam
pewarnaan (pigmentasi) kulit.
·
Saat
pengadukan p-toluidin hidrokhlorida dan anhidrida asetat dengan segera
ditambahkan larutan natrium aserat yang sudah disiapkan. Dicampur dengan baik
dan dinginkan dalam air es, disaring kristal dengan corong buchner, dicuci tiga
kali dengan sedikit air dingin, lalu dikeringkan di udara.
Kesimpulan :
ü Dari
praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa aseto p-toluidin dapat dibuat atau disintetis dari hasil reaksi antara p-toluidin dengan
asam asetat anhidrat.
ü Titik
leleh aseto p-toluidin adalah 146,7 ºC
ü Reaksi
asetilasi digunakan untuk melindungi
gugus amida, dimana amida yang
diperoleh direaksikan dengan oksidator.
Gugus metil yang terikat pada cincin benzen diubah menjadi gugus karboksilat.
Kemudian gugus asetamida dihidrolisa menghasilkan
kembali gugus amino.
Isolasi Piperin dari Lada Putih
Tanggal Praktikum : Sabtu,
07 Januari 2012
Tujuan : Isolasi
piperin dari lada putih, dan sifat kimianya.
Prinsip
Kerja : Hidrolisa
terhadap piperin dalam suasana asam, menghasilkan piperidin, C3H10NH,
dan asam tak jenuh piperat dengan
teknik ekstraksi secara continue menggunakan alcohol sebagai pelarut organik
Teori Dasar :
Piperin adalah senyawa organik
bahan alam yang termasuk dalam golongan alkaloid turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper ningrum),
dalam jumlah cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam, rasa pedas
membakar lidah. Sifat racun alkaloid ini paling kecil dibandingkan sebagian
besar alkaloid. Struktur piperin sangat menrik karena terdiri dari banyak gugus
fungsional dan sistem konyugasinya.
Hidrolisa terhadap piperin dalam
suasana asam, akan menghasilkan piperidin, C3H10NH, dan asam
tak jenuh piperat. Dalam percobaan ini akan dicoba menghidrolisa piperin dan
mengisolasi piperidin sebagai hasil degrasinya. Sifat kimia piperin sangat
menarik, secara keseluruhan merupakan amida asam, sedangkan masing-masing gugus
bisa menunjukkan sifat kimia tersendiri, misalnya ketak jenuhan, karbonil dan
epoksi.
Alat dan Bahan :
Ekstraktor
sokhlet
Mortar + alu
Alat refluks
Gelas kimia 250 mL
Corong penyaring
Tabung reaksi
Kertas saring
Lada
putih, kering
Etanol 95%
Prosedur Kerja :
1. 20
gram sampel lada putih (kering) digerus sampai terbentuk serbuk halus. Masukkan
dalam mantel kertas, untuk selanjutnya dilakukan ekstraksi kontinu dalam
soxhlet dengan pelarut etanol 95% sebanyak 150 mL selama kira-kira 2 jam.
2. Campuran
ekstrak disaring lalu dipekatkan dengan cara dipanaskan diatas penangas air. Ke
dalam larutan pekat ini, tambahkan 60 mL larutan KOH alkoholis 10%, diaduk
dengan baik, biarkan sebentar lalu didekantasi atau disaring. Larutan alkoholis
yang diperoleh volumnya diukur dengan teliti, lalu dibagi dua sama banyak, yang
sebagian untuk percobaan degradasi piperin menjadi piperidin, dan sebagian lagi
dibiarkan sampai terbentuk kristal piperin (titik leleh 125 – 1260C).
Data dan Pengamatan :
Reaksi:
Gambar rangkaian alat soxlet
Table
siklus ekstraksi soklet selama 2 jam
Waktu Ekstraksi (menit)
|
Siklus ke-
|
Keterangan
|
5
|
1
|
Pada siklus ini
didalam alat soklet, alcohol yang merendam sampel berwarna kuning pekat
sedangkan alcohol di dalam labu dasar bulat awalnya tidak berwarna lama-lama
menjadi kuning
|
10
|
2
|
|
15
|
3
|
|
20
|
4
|
|
25
|
5
|
|
30
|
6
|
|
35
|
7
|
Pada siklus ini
didalam alat soklet, warna alcohol yang merendam sampel mulai tidak terlalu
pekat (berwarna kuning keemasan)
|
40
|
8
|
|
45
|
9
|
|
50
|
10
|
|
55
|
11
|
|
60
|
12
|
|
65
|
13
|
Pada siklus ini
didalam alat soklet, warna alcohol yang merendam sampel tidak berwarna kuning
pekat melainkan berwarna kuning.
|
70
|
14
|
|
75
|
15
|
|
80
|
16
|
|
85
|
17
|
|
90
|
18
|
|
95
|
19
|
Pada siklus ini
didalam alat soklet alcohol yang merendam sampel warna larutan menjadi agak
bening dan warna kuning memudar, sedangkan warna larutan didalam labu dasar
bulat menjadi kuning pekat
|
100
|
20
|
|
105
|
21
|
|
110
|
22
|
|
115
|
23
|
|
120
|
24
|
Grafik siklus ekstraksi
Pembahasan :
·
Praktikum hanya dilakukan sampai tahap
extraksi secara continue dikarenakan kurangnya waktu yang tersedia untuk
melanjutkan praktikum ke tahap selanjutnya.
·
Satu siklus ekstraksi dihitung apabila
pelarut yang naik dan merendam sampel telah turun kembali kedalam dasar labu
bulat.
·
Selama siklus dapat dilihat bahwa
semakin banyak siklus makan larutan yang merendam sampel warnanya akan memudar
sedangkan larutan di dalam labu dasar bulat warnanya akan semakin pekat hal ini
menunjukkan bahwa proses ekstraksi piperin telah berhasil, piperin dari lada
telah terekstraksi oleh pelarut untuk kemudian dimurnikan kembali dengan cara
destilasi.
Kesimpulan :
Piperin
dari lada putih dapat diekstraksi secara continue, hasil ekstraksi diperkirakan
mengandung piperidin, C3H10NH, dan asam tak jenuh piperat.
Referensi :
http://www.google.com/pembuatan sabun
dan detergen
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar