Pembuatan
CuSO4. X H2O dari Kawat Tembaga
Tanggal Praktikum :
Minggu, 27
November 2011
Tujuan Percobaan :
·
Untuk membuat kristal CuSO4.
X H2O dari kawat tembaga
·
Menentukan kandungan air kristalnya
secara iodometri.
·
Mengenal sifat kristal tembaga (II) sulfat, dan memahami proses pembentukan kristal.
Prinsip
Kerja : Kawat tembaga direksikan dengan H2SO4
encer dan dioksidasi oleh HNO3 pekat, larutannya dipanaskan hingga
jenuh dan didinginkan kemudian di kristalisasi.
Kemudian, sejumlah tertentu kristal yang diperoleh dititrasi dengan Na2S2O3
standar dengan penambahan indicator amilum menjelang TA. TA ditandai perubahan
warna dari biru sampai biru tepat menghilang. Hidrat tembaga diperoleh dari mol
Cu : mol H2O
Teori Dasar :
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu)
termasuk ke dalam golongan 11.Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena
dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini
disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubahdalam waktu yang
lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakaisebagai
kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi
tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3.
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif.
Tembaga
(II) sulfat adalah garam sebagai rangkaian campuran
yang berbeda di dalam derajat tingkat hidrasi mereka. Nama kuno bagi
tembaga (II) sulfat ialah vitriol biru. Kebanyakan kuprum sulfat wujud dalam
alam semulajadi dalam bentuk pentahidrat (CuSO4·5H2O).
Mineral ini dikenali sebagai kalkantit. Tembaga (II) sulfat mengurai sebelum melebur.
Bentuk pentahidrat yang lazim terhidratnya,
yaitu kehilangan empat molekul airnya pada 110 °C dan kelima-lima
molekul air pada 150 °C. Pada 650 °C, tembaga (II) sulfat mengurai menjadi
tembaga (II) oksida (CuO), sulfur dioksida
(SO2) dan oksigen (O2).
Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II)
oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer,
larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidratyang biru mengkristal jika
didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat denganmemompa udara
melaluicampuran tembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam
bentuk pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empat
molekul air pada setiap sudut segiempat, kedudukan kelima dan keenam dari
oktahedral ditempati oleh atom oksigen dari anionsulfat, sedangkan molekul air
kelima terikat oleh ikatan hydrogen. Salah satu sifat dari logam tembaga yaitu
tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga
teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3.
Padatan yang mengandung molekul-molekul senyawaan
bersama-sama denganmolekul air disebut hidrat. Sebagian besar terdiri atas
molekul-molekul air diskret baik terikat pada kation melalui atom oksigen,
atau terikat kepada anion atau atom yang kaya elektronmelalui hidrogen atau
keduanya. Pada banyak kasus bila hidrat dipanaskan di atas 100°C,
air dapat dikeluarkan dan meninggalkan senyawaan anhidridanya. Namun pada
beberapa kasus bukanlah air melainkan zat lain yang dikeluarkan (Cotton,
2007: 246-247).
Alat dan Bahan :
Bahan:
·
Kawat tembaga
·
Asam Sulfat 6 N (H2SO4)
·
Asam Sulfat 4 N (H2SO4)
·
Asam Nitrat (HNO3)
·
Larutan Baku Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
± 0.1000 N
·
Kalium Iodida (KI)
·
Amilum
·
Aquadest
Alat:
·
Gelas Kimia 100 mL
·
Gelas Ukur
·
Batang pengaduk
·
Erlenmeyer 250 mL
·
Kassa dan Kaki Tiga
·
Klem dan Statif
·
Buret
·
Botol Semprot
Prosedur Kerja :
a.
Pembuatan
CuSO4. XH2O
1. 50 mL air dimasukkan ke dalam gelas kimia,
2. ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat,
3. Timbang 10 gram kawat tembaga, ditambahkan 15 mL HNO3
pekat, kemudian diaduk sehingga semua tembaga melarut.
4. Campuran tersebut dipanaskan (setelah gas berwarna coklat tua
tidak keluar, sehingga uap tidak lagi berwarna coklat muda).
5. Ketika masih panas campuran disaring (jika masih terdapat
tembaga yang tidak melarut).
6. Disimpan larutan sehingga terbentuk kristal, lalu dicuci
kristalnya dengan sedikit air, kemudian dilarutkan ke dalam air sedikit mungkin
dan kristalkan kembali. Dilakukan terus sehingga kristal bebas dari nitrat.
Berat kristal yang diperoleh ditimbang.
b.
Penentuan hidrat kristal CuSO4.
XH2O
1.
CuSO4. XH2O
ditimbang ± 0.6 gram, ditambahkan 25 mL H2SO4 4 N dan 1
gram KI,
2.
Dititrasi dengan Na2S2O3
± 0.1000 N.
3.
Ditambahkan 5 mL amylum 1% pada saat
menjelang TA (perubahan warna larutan dari coklat menjadi coklat terang).
4.
Dititrasi kembali dengan Na2S2O3
± 0.1000 N hingga warna biru tepat menghilang.
5.
Dihitung hasil yang diperoleh sebagai hidrat
dari Kristal tersebut
Reaksi :
Cu2+ + SO42- + 5H2O
→ CuSO4.5H2O
3Cu(s)
+ 8H+(aq) + 2NO3-(aq) 3Cu2+(aq)
+ 2NO(g) + 4H2O
Data dan Pengamatan :
a.
Hasil
pengamatan selama proses
·
50
mL air dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambahkan
10 mL H2SO4 pekat → Larutan H2SO4
larut dalam air dan larutannya bening
·
Ditimbang
10 gram kawat tembaga, ditambahkan 15 mL HNO3 pekat, kemudian diaduk
dan dipenaskan → tembaga melarut, timbul uap coklat setelah uap coklat habis
campuran langsung disaring dan dicuci dengan sedikit air.
·
Terdapat
tembaga yang tidak melarut, ditambahkan kembali H2SO4
dan HNO3
pekat, dipanaskan sampai uap coklat habis dan disaring kembali
·
Terdapat
kristal yang melarut kembali setelah pencucian, dikristalisasi dengan penguapan
filtrat dalam pinggan penguapan diatas water bath sampai semua air teruapkan
dan diperoleh kristal biru kemudian ditimbang diperoleh berat kristal sebanyak 9.8910
gram.
Berat
Kristal yang diperoleh = 9.8910 gram
Konsentrasi
Na2S2O3 =
0.1002 M
Berat
kristal yang ditimbang = 0.6029 gram
Titrasi ke-
|
1 (mL)
|
2 (mL)
|
3 (mL)
|
Volume awal
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
Volume pembacaan
|
24.00
|
24.20
|
24.00
|
Volume akhir
|
24.00
|
24.20
|
24.00
|
Volume rata-rata
|
24.10
mL
|
Reaksi :
2
Cu2+ + 4 I- ↔ Cu2I2 +I2
I2
+ 2 S2O32- ↔ 2 I- + S4O62-
Perhitungan
mmol = Vol. Na2S2O3
x [Na2S2O3]
= 24.10 mL x 0.1002 M
= 2.41482 mmol
W
CuSO4 = mmol x Mr
CuSO4
= 2.41482 mmol x 159.5
= 385.16379 mg → 0.38516379 gram
W
H2O = W
Cu (yang ditimbang) – W CuSO4
= 0.6029 gram - 0.38516379 gram
= 0.2177362 gram
mol
H2O mol Cu : = 1 : x
= : X
X= 5.0093
Maka
hidrat air dari Kristal CuSO4 yang dibuat dari kawat tembaga
sebanyak 5 sehingga Kristal yang diperoleh merupakan CuSO4. 5 H2O
Perhitungan kadar CuSO4.
5 H2O
mmol = Vol. Na2S2O3
x [Na2S2O3]
= 24.10 mL x 0.1002 M
= 2.41482 mmol
W
CuSO4. 5 H2O =
mmol x Mr CuSO4. 5 H2O
= 2.41482 mmol x 249.5
= 602.49759 mg → 0.6024976
gram
Kadar
CuSO4. 5H2O =
=
=
99.933254 % ≈ 99.93 %
Pembahasan :
·
Tujuan dari penambahan asam sulfat adalah
agar terbentuknya garam CuSO4.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
Cu + H2SO4
→ CuSO4 + SO2 + 2 H2O
·
Selanjutnya tujuan dari dilakukannya
penambahan asam nitrat pekat adalah untuk mengaktifkan tembaga agar ia dapat
bereaksi dengan asam sulfat. Dari penambahan asam nitrat pekat ini menyebabkan
tembaga melarut dan larutan menjadi berwarna biru keruh serta terdapat uap
berwarna coklat. Uap ini terbentuk sebagai akibat tembaga yang ditambahkan atau
direaksikan dengan asam nitrat pekat. Karena diperlukan waktu yang tidak
sedikit dari reaksi antara tembaga dan asam nitrat pekat, maka dalam proses ini
diperlukan pengadukan sampai seluruh tembaga larut. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut:
Cu + 4 HNO3
→ 3 Cu(NO3)2 + 2 NO2 + 4 H2O
·
Larutan yang telah ditambahkan beberapa
senyawa tadi, selanjutnya dipanaskan dengan tujuan untuk mempercepat proses
reaksi. Selain itu, tujuan dari pemanasan ini adalah untuk memperbesar hasil
kali dari ion-ionnya dan memperkecil harga hasil kali kelarutannya (Ksp), sehingga
hal ini dapat membentuk endapan kristal. Kristal yang terbentuk inilah yang
dinamakan tembaga (II) sulfat. Persamaan reaksi yang secara lengkapnya adalah
sebagai berikut:
Cu+ 3H2O
+ H2SO4+2HNO3 → CuSO4+5H2O+2NO2
·
Dari pemanasan yang telah dilakukan,
terbentuk larutan berwarna biru tua. Untuk memisahkan filtrat dengan endapan
(zat pengotor) maka dilakukan penyaringan. Penyaringan tidak dilakukan ketika
larutan telah dingin, melainkan dilakukan saat larutan tersebut masih panas.
Hal ini ditujukan agar pembentukan kristal yang tidak diharapkan (kristal yang
masih mengandung zat pengotor) dapat terhindar. Dari hasil penyaringan
diperoleh larutan berwarna biru tua dengan endapan (yang mengandung zat
pengotor) berwarna hijau. Selanjutnya, filtrat yang telah disaring didiamkan
selama beberapa hari untuk mendapatkan kristal dari tembaga (II) sulfat.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Cu(NO3)2
+ H2SO4 → CuSO4 + 2HNO3
CuSO4
+ 5H2O → CuSO4.5H2O
·
Kristal yang diperoleh setelah
didiamkan selama beberapa hari menghasilkan warna biru, dengan bentuk seperti
gel yang lembut. Untuk mendapatkan kristal yang murni, maka dilakukan proses
pengeringan. Dari proses ini diperoleh zat yang diinginkan yang bebas dari zat
pengotor. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
Cu2++3H2O+H2SO4+2HNO3→CuSO4.5H2O+
2NO2
·
Terdapat
kawat tembaga yang tidak melarut, ditambahkan kembali H2SO4
dan HNO3
pekat, dipanaskan sampai uap coklat habis dan disaring kembali tujuannya agar
kristal yang diperoleh benar-benar murni dari semua kawat tembaga yang
ditimbang.
·
Terdapat
kristal yang melarut kembali setelah pencucian, filtrat dikristalisasi kembali
dengan cara penguapan. Filtrat dalam pinggan penguapan, diuapkan diatas water bath sampai semua air teruapkan
tujuannya agar kristal yang diperoleh besar-besar dan tidak menguapkan
kandungan hidrat dari kristal tersebut karena bila kristal di uapkan diatas api
langsung maka kristal akan berubah warna menjadi putih itu menandakan hidrat
air dari kristal pentahydrat menjadi kristal anhidrat ataupun dihidrat yang
berwarna putih.
Kesimpulan :
Dari
kawat tembaga yang direaksikan dengan asam sulfat encer dan asam nitrat pekat, diperoleh kristal CuSO4
yang berwarna biru. Kristal yang diperoleh sebanyak 9.8910
gram. Kristal yang diperoleh ditentukan hidratnya dengan cara titrasi secara
iodometri sehingga diperoleh hasil hidrat sebesar 5.0093, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kristal yang diperoleh adalah CuSO4.5H2O.
Dari hasil titrasi dengan tiosulfat selain dapat menentukan hidrat air dari
kristal dapat pula dihitung kadar dari kristal CuSO4.5H2O
yaitu sebesar 99.93 %.
Daftar Pustaka :
4. Shevla, G. 1990. Analisis Organik Kualitatif Makro Dan
Semimakro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.Jakarta.
|
Dickey, R. D. 1972. Identification and Correction of Copper
Deficiency of Rhododendron Simsi ‘George Lindley Taber’ Cuttings.
|
Keenan, Kleinfelter, Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jilid
2. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
|
Petrucci, Ralph H, 1987, alih bahasa Suminar Ahmadi, Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3, Penerbit Erlangga
|
Team teaching praktikum kimia Anorganik. 2010. Modul Praktikum
Kimia Anorganik. Gorontalo : UNG
|
Pembuatan
FeSO4. X H2O dari Paku Besi
Tanggal Praktikum :
Minggu, 18
Desember 2011
Tujuan Percobaan :
·
Untuk membuat kristal FeSO4.
X H2O dari paku besi.
·
Menentukan kandungan air kristalnya
secara permanganimetri.
·
Mengenal sifat kristal ferro (II) sulfat, dan memahami proses pembentukan kristal.
Prinsip
Kerja : Paku besi direksikan dengan H2SO4
pekat untuk dihasilkan larutan Fe(II), larutannya dipanaskan hingga jenuh dan
didinginkan kemudian di kristalisasi.
Kemudian, sejumlah tertentu kristal yang
diperoleh dititrasi secara permanganometri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara
sampel yang bersifat reduktor dengan titran sekaligus indicator larutan baku
KMnO4, oksidator dalam suasana asam dengan titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna larutan tidak berwarna menjadi larutan merah
muda yang stabil. Hidrat Fe diperoleh dari mol Fe2+
: mol H2O
Teori Dasar :
Ion
besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi Fe (III), maka ion besi merupakan zat pereduksi yang kuat.
Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini, dalam suasana
netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi
(II). Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3.
Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat
kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida, warna menjadi
semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). Ion
ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam
berkristal.
Besi
yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam mineral.
Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh FeII. Dengan adanya udara
atau bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe
(III). Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi,
pada mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen. Besi murni cukup
reaktif. Dalam udara lembap cepat teroksidasi memberikan besi (III) oksida
hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi, karena zat ini hancur dan
membiarkan permukaan logam yang baru terbuka.
Garam-garam
unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai hidrat. Jika
diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung pada tekanan parsial H2O,
hidrat dapat terjadi dalam warna-warna yang berbeda. Pada udara kering, air
hidrat lepas dan padatan berangsur-angsur berubah warna menjadi merah muda.
Senyawa besi (II) menghasilkan endapan biru turnbul, jika direaksikan dengan
heksasianoferrat (III).
Besi
membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau ferro)
diturunkan dari besi (II) oksida , FeO. Dalam larutan, garam-garam ini
mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan
kompleks-kompleks yang berwarna tua juga
umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan
zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek
ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan
mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila
ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
FeSO4.7H2O
secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam
udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan Fe2+ berturut-turut mengendapkan
FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh
udara menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada,
perubahan nyata dalam potensial bias terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan
contoh yang baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari
tingkat oksidasi.
Metode Permanganometri merupakan
titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara
KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
Kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung, zat yang dapat dioksidasi seperti Fe+,
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam
yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat
diendapkan sebagai oksalat dan ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai
garam khromat. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan
sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Metode permanganometri
didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung
dalam suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ +
5e → Mn 2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai
indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan
lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang
lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin,
sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat. Reaksi dalam suasana netral yaitu
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser
reaksi kekanan. Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2 O
+ 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O +
3e → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam
larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat
dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan
suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas
penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu
penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau
melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak
agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan
pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan
karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak
kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,
permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida
Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O
→ 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir
pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan
sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam
pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi
larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam
permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak
dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini
biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan
substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang
disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian
distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya
tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah
satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk
melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering
ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi
(III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan
reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan
jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang
masuk . Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi
reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan
kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan
memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.
Alat
dan Bahan :
·
Gelas piala,
·
Gelas ukur,
·
Neraca analitik,
·
Pembakar bunsen,
·
Kaki tiga + kasa asbes,
·
Pipet tetes,
·
Corong.
·
Labu Ukur 100 mL
·
Pipet seukuran 25 mL
·
Serbuk besi atau paku,
·
H2SO4
·
Aquadest
·
H3PO4 85%
Cara Kerja :
a.
Prosedur Pembuatan Kristal FeSO4
X H2O
1. Dilarutkan
10 gram besi atau paku ke dalam 100 ml H2SO4.
2. Dipanaskan
sampai hampir semua besi larut.
3. Disaring
larutan ketika masih panas.
4. Ditambahkan
2 mL asam sulfat pada filtrat.
5. Larutan
didiamkan, kemudian disaring.
6. Filtrate
diuapkan di atas water bath sampai terbentuk kristal dipermukaan larutan.
b.
Prosedur
Penentuan Hidrat Kristal
1.
Ditimbang 2.8 gram kristal
FeSO4.XH2O, dimasukkan kedalam labu ukur 100mL
2.
Ditambahkan 25 ml H2SO4
2N kemudian add sampai 100mL.
3.
Dipipet 25 mL, ditambahkan
25 mL asam sulfat 2N, dan 1 mL asam phosfat 85%.
4.
Dititrasi dengan KMnO4
0,1 N sampai titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi tdak berwarn menjadi merah muda.
Data dan Pengamatan :
Reaksi :
Fe + H2SO4 FeSO4
+ H2O
Pengamatan selama proses pembuatan:
Dilarutkan 10 gram besi dalam 100 ml H2SO4.
Dipanaskan, disaring larutan ketika masih panas dan ditambahkan 2 mL asam
sulfat. Larutan didiamkan sampai terbetuk kristal dibawahnya kemudian disaring,
pada filtrate kemudian diuapkan diatas water bath. Pada mulanya terbentuk larutan
berwarna abu-abu kehitaman pada saat ditambahkan H2SO4,
kemudian setelah dipanaskan larutan berwarna biru kehijauan, ditambahkan 2 mL
asam sulfat larutan tetap berwarna biru kehijauan, setelah didiamkan dan
didinginkan terbentuk kristal berwarna hijau, kemudian filtratenya kembali diuapkan
dan hasilnya terbentuk kristal berwarna hijau. Kristal kemudian ditimbang dan
diperoleh hasil sebanyak 10,534 gram kristal FeSO4 X H2O.
Reaksi:
MnO4- + 8H+ +
5Fe2+ → Mn 2+ + 4H2O + 5 Fe3+
Perhitungan:
Berat
Kristal yang diperoleh = 10,534 gram
Konsentrasi
KMnO4 = 0.1006 M
Berat
kristal yang ditimbang = 2,8040 gram
Titrasi ke-
|
1 (mL)
|
2 (mL)
|
3 (mL)
|
Volume awal
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
Volume pembacaan
|
25.00
|
25.10
|
25.10
|
Volume akhir
|
25.00
|
25.10
|
25.10
|
Volume rata-rata
|
25. 05
mL
|
Perhitungan
hidrat kristal
mEK Fe2+ = Vol. KMnO4 x [KMnO4]
= 25.05 mL x 0.1006 N
= 2.52003 mEK
mEK
total = 2.52003 x 100/25
= 10.08012 mEK
W
FeSO4 = mEK x Mr FeSO4
= 10.08012 mEK x 152
= 1532.1782 mg → 1.5321782 gram
W
H2O = W
Fe (yang ditimbang) – W FeSO4
= 2,8040 gram - 1.5321782 gram
= 1.2718218 gram
mol
H2O mol Fe : = 1 : x
= : X
X= 7.0095336
Maka
hidrat air dari Kristal FeSO4 yang dibuat dari kawat tembaga
sebanyak 7 sehingga Kristal yang diperoleh merupakan FeSO4. 7 H2O
Perhitungan penentuan kadar FeSO4.7
H2O
mEK Fe2+ = Vol. KMnO4 x [KMnO4]
= 25.05 mL x 0.1006 N
= 2.52003 mEK
mEK
total = 2.52003 x 100/25
= 10.08012 mEK
W
FeSO4. 7H2O =
mEK x Mr FeSO4. 7H2O
= 10.08012 mEK x 278
= 2802.2734
mg → 2.8022734 gram
Kadar
FeSO4. 7H2O =
=
=
99.938422 % ≈ 99.94 %
Pembahasan :
1. 10
gram besi ke dalam 100 ml H2SO4, larutan berwarna abu-abu
kehitaman dan endapan yang berupa besi akan melarut, dimana H2SO4
merupakan pelarut yang mengandung proton yang dapat diionkan dan bersifat asam
kuat atau lemah.
2. Tujuan
dari pada saat masih panas untuk
menghilangkan sisa besi apabila masih ada bagian yang belum larut dan pengotor
lainnya sehingga pada kristal yang diperoleh tidak terdapat pengotor.
3. Tujuan
dari pemanasan adalah adalah sebagai katalis yaitu untuk mempercepat terjadinya
reaksi sehingga hampir semua besi dapat melarut.
4. Filtrate
diuapkan diatas penangas air dengan tujuan untuk mengurangi molekul air yang
ada pada larutan. Larutan ini digunakan untuk menstabilkan kristal vitrol yang
terbentuk. Percobaan ini manghasilkan garam besi (II) sulfat yang merupakan
garam besi (II) yang terpenting. Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan
dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+
sehingga berwarna hijau dan Pembentukan FeSO4 dari logam Fe
merupakan reaksi elektron berdasarkan prinsip termokimia. Reaksi yang terjadi
yaitu: Fe + H2SO4 FeSO4 + H2O.
Digunakan water bath agar tidak menghilangkan kandungan air kristalnya.
5. Pada
titrasi larutan ion ferro oleh larutan baku KMnO4 akan terbentukion
Fe3+ yang berwarna coklat kuning. Warna ini akan mengganggu
penentuan TA oleh karena itu ditambhkan asam fosfat pekat untuk menghilangkan
warnanya. Dengan asam phosfat ion Fe3+ akan bereaksi membentuk ion
kompleks tidak berwarna.
Fe3+ + HPO42- ↔
Fe(HPO4)+
6. Dengan
arutan kalium permanganate yang dapat teroksidasi hanyalah ion ferro saja
karena ion ferro bersifat sebagai pereduksi.
Kesimpulan :
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu pembuatan FeSO4. 7H2O dilakukan dengan
cara kristalisasi dari campuran besi (paku) dengan asam sulfat, melalui
penguapan, dan didapatkan kristal berwarna hijau muda. Kristal FeSO4 7H2O
yang terbentuk sebesar 10,534 gram. Kristal yang diperoleh ditentukan hidratnya
dengan cara titrasi secara permanganimetri sehingga diperoleh hasil hidrat sebesar
7.0095336, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kristal yang diperoleh adalah FeSO4.7H2O. Dari hasil titrasi
dengan kalium permananat selain dapat
menentukan hidrat air dari kristal dapat pula dihitung kadar dari kristal FeSO4.7H2O
yaitu sebesar 99.94 %.
Daftar Pustaka :
Syukri.
1999. Kimia Dasar 3. ITB. Bandung.
Mufit,
Fatni dkk. 2006 Kajian tentang Sifat Magnetik Pasir Besi dari Pantai Sanur
Pariaman, Sumatera Barat.
http://www.google.com.
Svehla,
G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
Harjadi,
W. 1989. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Cotton
and Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI- Press. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar